sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Utang luar negeri Indonesia tembus Rp5.022 triliun

Utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal I/2018 mencapai US$358,7 miliar atau menembus Rp5.022 triliun (kurs rupiah Rp14.000/dollar)

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Rabu, 16 Mei 2018 05:11 WIB
Utang luar negeri Indonesia tembus Rp5.022 triliun

Utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal I/2018 mencapai US$358,7 miliar atau menembus Rp5.022 triliun dengan asumsi kurs rupiah Rp14.000 per dollar AS.

Jumlah utang luar negeri tersebut mengalami peningkatan 8,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan kuartal I/2017. 

Bank Indonesia merilis statistik Utang Luar Negeri (ULN) pada triwulan I/2018 tumbuh melambat, tercatat sebesar US$358,7 miliar. ULN tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang naik 10,4% yoy.

Direktur Eksekutif BI Agusman menjelaskan, ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$184,7 miliar setara Rp2.585 triliun yang berarti naik 11,04% yoy dibandingkan Maret 2017 yang tercatat US$166,31 miliar.

Sementara, utang swasta sebesar US$174,05 miliar, naik 6,3% dari kuartal I/2017 sebesar US$163,73 miliar

"Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut disebabkan oleh ULN sektor pemerintah dan sektor swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya," ujar Agusman dalam keterangan resmi, Selasa (15/5). 

Hingga akhir triwulan I/2018, ULN pemerintah terdiri dari surat berharga negara (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) yang dimiliki oleh non-residen sebesar US$124,8 miliar dan pinjaman kreditur asing sebesar US$56,3 miliar. ULN pemerintah juga meningkat sebesar US$3,8 milliar dari triwulan sebelumnya. 

Peningkatan tersebut, kata Agusman, terutama bersumber dari penerbitan Sukuk global senilai US$3 milliar, yang di dalamnya termasuk dalam bentuk green bonds/green Sukuk Framework senilai US$1,25 milliar. 

Sponsored

Sementara di sisi SBN, investor masih mencatat net buy SBN pada triwulan I/2018. Artiya, investor secara umum masih membeli daripada menjual surat utang negara. 

Perkembangan ini, kata Agusman, juga tidak terlepas dari kepercayaan investor asing atas SBN domestik yang masih tinggi. Antara lain, ditopang peningkatan peringkat utang Indonesia oleh lembaga Rating and Investment (R&I) pada 7 Maret 2018.

Sementara itu, ULN swasta tumbuh melambat, terutama dipengaruhi oleh ULN sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA). 

Secara tahunan, pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA pada triwulan I 2018 masing-masing tercatat sebesar 4,4% dan 19,3%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ULN sektor pertambangan meningkat dan pertumbuhan ULN sektor keuangan relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. 

Dia menjelaskan, pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2%, relatif sama dengan pangsa pada triwulan sebelumnya.

Agusman mengakui, perkembangan ULN secara total pada triwulan I/2018 tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Rasio utang terhadap PDB pada akhir triwulan I/2018 tercatat stabil pada kisaran 34%. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara serupa. 

"Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir triwulan I/2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total ULN," ujar Agus. 

Agus meyakinkan, BI bersama pemerintah akan terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Berita Lainnya
×
tekid