Please Wait ...
Januari 2021, pemerintah mengawali tahun dengan optimistis. Aura itu terpancar dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat peluncuran Gerakan Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) 2021, Senin (11/1).
Senyum menghiasi wajahnya. Selain Luhut, hadir juga secara virtual pejabat lainnya, seperti Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, serta Gubernur Bali I Wayan Koster.
Mereka ikut mendengarkan pernyataan Luhut terkait potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
Luhut yang mengenakan Udeng, ikat kepala khas Bali mengatakan pemerintah menargetkan 30 juta UMKM bisa masuk ke ranah digital pada tahun 2023. Menurutnya, digitalisasi tidak hanya membangkitkan UMKM itu sendiri tapi juga pertumbuhan ekonomi.
Mimpi itu tak mudah, apalagi jika melihat kondisi digitalisasi UMKM saat ini. Menurut Luhut, dari total 64 juta UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia, baru 8 juta UMKM yang masuk ke ranah digital.
Di sisi lain, masih banyak pelaku UMKM yang belum melek teknologi. Kepala Bidang Kemitraan, Deputi UKM, Kementerian Koperasi UKM Renaldy Purnomo, di sela-sela Talkshow Alinea Forum bertajuk ‘Kebangkitan UMKM, Penyelamat Ekonomi’, Kamis (8/7) mengaku, sebanyak 94% UMKM belum menggunakan komputer dalam menjalankan usahanya, 90% UMKM tidak menggunakan internet, dan baru 4 juta yang berhasil masuk ke lapak online atau marketplace.
Apabila menilik data dalam laporan Digital 2021: Indonesia yang dikeluarkan oleh Hootsuite dan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia naik pesat sebesar 27 juta pengguna atau sekitar 16% dari tahun 2020. Pada Januari 2021, angkanya mencapai 202,6 juta atau sekitar 73,7% dari seluruh populasi penduduk. Namun, terdapat ketimpangan digital karena sebarannya tidak merata dengan dominasi di Pulau Jawa.
Sementara itu, digitalisasi UMKM tak hanya dapat memperluas jangkauan pasar para pelaku ekonomi akar rumput saja, namun juga dapat memberikan dampak positif kepada sektor industri lainnya, khususnya industri keuangan. Seperti diketahui, saat ini hampir seluruh e-commerce telah bekerja sama dengan berbagai dompet digital (e-wallet) sebagai sistem pembayaran mereka.
Namun, untuk dapat melakukan digitalisasi UMKM sembari semakin menumbuhkan kinerja industri keuangan digital, pemerintah dan swasta harus bergandengan tangan.
Renaldy mengatakan, agar bisa masuk ke ekonomi digital, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah perlu dilatih cara mempromosikan produk melalui teknologi.
Dia bilang, pemerintah melalui Kemenkop UKM tengah melakukan berbagai hal untuk meningkatkan digitalisasi UMKM, salah satunya adalah pendampingan dan pelatihan. Sehingga nantinya UMKM bisa meningkatkan kontribusinya terhadap PDB nasional menjadi 65% pada 2024.
Di sisi lain, digitalisasi juga bisa meningkatkan pangsa ekspor produk pelaku UMKM di pasar global. Kata Renaldy, langkah ini sangat perlu dilakukan, mengingat saat ini porsi ekspor produk UMKM baru 14% dari total ekspor Indonesia. Padahal, pihaknya menargetkan kontribusi itu naik menjadi 21,6% pada 2024.
Peningkatan dan pemerataan digitalisasi UMKM tak hanya dilakukan pemerintah, melainkan juga swasta. Tokopedia, perusahaan teknologi Indonesia dengan marketplace terbesar di Indonesia pun turun tangan dalam memperluas jangkauan pasar UMKM.
Lebih lanjut dia menjelaskan, Hyperlocal sendiri merupakan cerminan dari komitmen Tokopedia untuk mendorong pemerataan ekonomi secara digital.
Selama memberikan pelatihan dan pendampingan, Ivander menyadari kendala yang dialami para pelaku UMKM saat akan masuk ke platform digital. Salah satunya, kurangnya kemampuan SDM dalam memaksimalkan fitur-fitur yang telah disediakan Tokopedia. Padahal, dengan memanfaatkan fitur-fitur tersebut, UMKM bisa mengecek harga yang kompetitif, serta harga barang di kategori produk mereka.
Salah satu program di bawah inisiatif Hyperlocal ini adalah ‘Kumpulan Toko Pilihan (KTP)’. Program ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat mendapatkan berbagai produk dari penjual yang ada di kota setempat.
Menurut Ivander, berdasarkan riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), 7 dari 10 penjual di Tokopedia mengalami kenaikan volume penjualan sebesar 133%. Selain itu, berdasarkan data internal per Juni 2021, saat ini ada lebih dari 600 juta produk yang sudah ada di Tokopedia dan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanannya
Salah satu pelaku UMKM yang telah sukses memanfaatkan marketplace adalah pemilik usaha kopi asal Palembang Beskabean Coffee Roastery, Hendra Susanto.
Dia mengaku masuk ke Tokopedia karena pagebluk, virus SARS-CoV-2 telah menggerogoti bisnisnya. Awalnya terasa sulit karena tokonya belum dikenal luas oleh konsumen.
Peningkatan penjualan dan keuntungan terutama terlihat sejak November 2020, dengan total penjualan lebih dari 2.700 order dan total omzet lebih dari Rp30 juta per bulan. Total omzet secara keseluruhan pun mencapai hingga Rp155 juta.
Agar pelaku UMKM tak terpuruk, kata dia, marketplace bisa jadi jalan keluar. Meski diterpa pandemi, saat ini dia masih bisa bertahan dan mengelola 10 cabang dan mengalami peningkatan omzet. Di sisi lain, dia juga melakukan berbagai inovasi, mulai dari produk hingga kemasan. Ia mengkombinasikan kemasan botol kopi yang membuat produk kopinya memiliki masa kadaluarsa lebih lama yakni 1-2 bulan.
Dia juga mencoba mengajak pembeli untuk bisa mencicipi kopi-kopi dari berbagai daerah, supaya mereka bisa menikmati rasa kopi yang berbeda-beda.