Selain mitigasi, upaya lainnya yang penting adalah perlindungan dalam bentuk asuransi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis beberapa wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami banjir di Februari 2023. Di antaranya merupakan provinsi penghasil beras di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Aceh, Banten, dan Nusa Tenggara Barat, yang diperkirakan sebagian wilayahnya berpotensi banjir rendah, menengah, hingga tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sejumlah provinsi tersebut, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan merupakan provinsi surplus padi, yaitu masing-masing produksinya di 2022 sebesar 9,62 juta ton, 9,68 juta ton, 9,57 juta ton, dan 5,34 juta ton.
Sedangkan dari data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, pada Februari 2023 diperkirakan produksi padi mencapai 7,5 juta ton gabah kering giling (BKG) atau setara dengan 4,32 juta ton beras. Jumlah ini menurut pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori, adalah produksi yang sangat besar.
“Ini produksi yang sangat besar. Panen raya dari proyeksi BPS dimulai Februari, lebih awal dari perkiraan semula yaitu Maret. Dari 4,32 juta ton itu, berarti ada surplus 1,81 juta ton setelah dikurangi kebutuhan konsumsi Februari sebesar 2,51 juta ton,” kata Khudori saat dihubungi Alinea.id, Rabu (11/1).
Ia menilai, potensi dari hasil panen raya ini harus dijaga dan dipastikan tidak terganggu oleh banjir, sehingga tidak berujung gagal panen atau puso. Jika terjadi puso, maka seharusnya luasan puso bisa ditekan seminimal mungkin. Melihat laporan BPS, pada 2019 luas lahan puso sekitar 389,18 hektare (ha) dan kemudian menurun di 2020 menjadi 243,13 ha.