Tak hanya dari sisi kuantitas, permasalahan juga terjadi pada kualitas air di Indonesia. Akses kualitas air minum aman sebesar 11,9%.
Masalah air bersih masih menjadi momok di Indonesia. Sejumlah wilayah mengalami water stress atau kelangkaan air. Seperti di desa Tunabesi, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang warganya harus menempuh jarak sejauh 2-3 kilometer atau tiga hingga empat jam hanya untuk mendapatkan air bersih. Demikian juga dengan kawasan Demak, Blora, Jepara, dan daerah lainnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, Indonesia akan mengalami kelangkaan air pada 2050. Fresh water atau air bersih di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 2,5% yang dapat digunakan dan dimanfaatkan. Bagian Jawa, Bali, dan sebagian Aceh diprediksi mengalami water stress lebih tinggi dari wilayah lain. Ditambah, 99% bencana yang hadir di Indonesia adalah hidrometeorologi basah yang berdampak terhadap ketersediaan air.
Permasalahan air
Laporan Proyeksi Ketersediaan Air oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ketersediaan air per kapita di Indonesia pada 2035 diprediksi tersisa 181.498 meter kubik per kapita per tahun, berkurang jauh dari ketersediaan pada 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita per tahun.
Meski ada sedikit kabar baik pada Laporan BPS terbaru bertajuk Statistik Air Bersih 2018-2022 yang diterbitkan 21 Desember 2023 terkait produksi air bersih pada 2022 mencapai 5.267,5 juta meter kubik atau meningkat 0,28% dari produksi air bersih tahun sebelumnya, namun volume kebocoran air bersih pada tahun yang sama mencapai 788,4 juta meter kubik atau 17% dari produksi air bersih.