Rencana masuknya AirAsia Ride akan mendobrak oligopoli Super App Gojek dan Grab.
Indonesia masih menjadi sasaran empuk bagi bisnis ride hailing atau ojek online. Pemain ride hailing baik lokal maupun internasional berbondong-bondong menawarkan jasanya di Tanah Air. Kondisi ini semakin membuat bisnis kian ramai setelah dominasi aplikasi bercorak hijau, Gojek dan Grab.
Jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa dan pengguna internet sebanyak 202,6 juta, serta potensi ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp1.700 triliun di tahun 2025 adalah alasannya. Meski Gojek dan Grab sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, pelaku bisnis ojol baru tidak merasa gentar.
Sebut saja pemain-pemain baru lokal, seperti Oke Jack, INDOJEK, Ojek Argo, Bojek, AJO, hingga Crab Jack yang sampai saat ini masih hilir mudik di jalanan. Dari luar negeri, ada perusahaan ride hailing asal Rusia, Maxim dan InDriver, yang meskipun masih kalah pamor dengan Gojek dan Grab, namun perlahan-lahan mulai dapat mengembangkan pasarnya sendiri.
Tidak berhenti di situ, menariknya pasar digital Tanah Air, membuat perusahaan penerbangan murah asal Malaysia, AirAsia tertarik untuk masuk ke dalam ekosistem ride hailing Indonesia. Meski saat ini aplikasi ojol AirAsia, AirAsia Ride masih beroperasi di negeri asalnya, namun CEO AirAsia Group Tony Fernandes berencana membawa lini bisnis anyarnya itu ke beberapa negara lain, seperti Thailand, Filipina, Singapura, dan Indonesia.
Dia bilang, keputusan Perseroan untuk memperluas lini bisnis ke industri ride hailing ialah agar bisa mendapatkan kecepatan dan konversi. Di saat yang sama, perusahaan juga berusaha menawarkan kepraktisan kepada para konsumen, karena menurutnya setiap penumpang pesawat akan memesan taksi juga untuk ke bandara atau dari bandara menuju tempat tujuan akhir mereka.