Bisnis

Atasi patek, petani Blitar disarankan pakai agens hayati

Penyakit ini menyerang sejak fase muda hingga masak. Sehingga, produksi bisa susut 20%-90%.

Rabu, 12 Agustus 2020 13:20

Petani dianjurkan menggunakan pestisida hayati dalam menanggulangi organisme pengganggu tanaman (OPT). Dicontohkannya dalam mengatasi penyakit antraknosa atau patek yang menyerang tanaman cabai yang dikembangkan Kelompok Tani (Poktan) Mangun Karyo di Desa/Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim).

"Cabai siap panen bisa membusuk karena patek menyerang pada fase muda hingga sudah masak. Penyakit yang disebabkan cendawan Colletotrichum capsici ini, khususnya di musim hujan, juga menyebakan produksi susut 20%-90%," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/8).

Guna mengatasi patek di Blitar, sambung dia, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Kementan Jatim bersama Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (PHP) Tulungagung menyalurkan bantuan agens pengendali hayati Trichoderma. Penggunaannya diselang-selingkan dengan plant growth promoting rhyzobacteria (PGPR). Upaya ini diaplikasikan setiap dua hari sekali.

"Bantuan bahan pengendalian tersebut diharapkan dapat mengurangi serangan patek sekaligus mengurangi penggunaan pestisida kimia," harapnya.

Anton, sapaannya, menerangkan, bantuan tersebut hanya sebagai stimulan agar petani beralih dari budi daya konvensional berbahan kimia ke pengembangan ramah lingkungan. "Tentunya dengan mengaplikasikan agens hayati dan pestisida nabati," jelasnya.

Fatah Hidayat Sidiq Reporter
Fatah Hidayat Sidiq Editor

Tag Terkait

Berita Terkait