BATAN memandang harus ada pembangkit baseload berskala besar yang menggantikan keberadaan.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menyebut rencana operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama Indonesia yang ditargetkan pada 2049 terlalu lama.
Djarot Sulistio Wisnubroto selaku Peneliti Senior BATAN berasumsi, jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara akan berhenti beroperasi pada 2050, maka harus ada pembangkit pengganti yang setara.
"Kalau 2049 menjadi tahun pertama PLTN itu terlalu lama menurut saya," katanya kepada Alinea.id, dikutip Minggu (20/2).
Artinya, kata Djarot, harus ada pembangkit baseload berskala besar yang menggantikan keberadaan PLTU, dalam hal ini PLTN.
"Karena BATAN sudah lebih dari 40 tahun mempersiapkan, maka kapan saja pemerintah menyatakan 'go nuclear' maka kami siap," tuturnya.