Keamanan data pribadi tidak boleh dianggap sepele, kesadaran pengelolaan data pribadi jadi kunci menangkal berbagai kejahatan siber.
Jelang momen Idul Fitri, transaksi keuangan elektronik terus meningkat, baik untuk perbankan digital, e-commerce, donasi atau zakat secara online. Tahun lalu saja, Indonesian E-Commerce Association (idEA) mencatat, total nilai transaksi melalui platform e-commerce di sepanjang momen Ramadan dan Lebaran 2022 tumbuh sebesar 38,43% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan meningkatnya aktivitas transaksi online ini, masyarakat perlu lebih waspada, sebab ada saja ulah para penipu yang membuat resiko kejahatan siber semakin tinggi. Pencurian identitas (identity theft) seperti pencurian password, OTP, dan upaya social engineering lainnya semakin marak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan, seperti kasus pemalsuan QRIS masjid yang terjadi belum lama ini.
Menanggapi tren ini, pengguna layanan digital tentunya harus mampu berperan aktif dalam mencegah terjadinya kejahatan siber khususnya yang berkaitan dengan data pribadinya sendiri. Managing Director VIDA Adrian Anwar mengungkapkan, di era transformasi digital ini, semuanya berlangsung dengan sangat cepat. Pengembangan tidak hanya terjadi pada aspek sistem layanan tetapi juga berbagai serangan siber.
"Kita perlu membangun pola kebiasaan yang baik dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan data-data pribadi," kata dia dalam keterangan resminya.
Berikut beberapa tip dari VIDA mengenai cara pengguna layanan digital dalam menjaga data pribadinya: