Kemudahan transaksi digital menjadi poin penting bagi Gen Z.
Meski masih berstatus mahasiswa dan belum bekerja, Dian (21) sudah berencana untuk rajin menabung dan berinvestasi saat dirinya sudah menapaki dunia kerja. Ia bahkan sudah merencanakan untuk membagi pendapatannya dalam beberapa pos agar tidak boros.
“Saya akan menerapkan 50/30/20. Di mana 50% dari gaji saya untuk kebutuhan pokok, 30% untuk gaya hidup dan 20% untuk tabungan atau investasi setiap bulannya. Berapapun gaji saya, saya akan menerapkan prinsip gaya hidup tidak lebih besar daripada kebutuhan pokok dan tabungan,” ujarnya saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (6/11).
Dengan begitu, kata dia, pengeluaran lebih teratur dan bisa mulai menyimpan dana untuk masa tua. ”Kalau untuk jangka pendek pastinya menabung di bank jadi pilihan yang tepat, karena transaksi mudah dengan adanya ATM bisa diambil kapan saja apabila ada keperluan darurat. Sedangkan untuk jangka panjang, saya pilih investasi, karena hasilnya pun lebih besar dan menjamin dibandingkan menabung,” bebernya.
Ia berencana untuk menginvestasikan uangnya ke instrumen emas dan perhiasan berlian. Menurutnya, selain harganya naik seiring perkembangan zaman, aset ini juga lebih aman dan berisiko rendah.
Dian menjadi salah satu potret generasi Z yang akan mendominasi jumlah populasi di tanah air. Namun, generasi Z atau gen Z dikenal sebagai sumber daya manusia produktif yang kerap kali dinilai tidak bisa mengatur keuangannya. Berdalih self reward atau menghabiskan uang sebagai penghargaan terhadap diri sendiri namun justru mengarah ke gaya hidup boros. Tak heran bila gen Z dinilai selalu menghabiskan uang hanya untuk keinginan semata, tanpa memperhitungkan pengeluaran dan tanggung jawab apa yang harus dibayar.