Seiring dengan berbagai faktor positif yang terjadi, termasuk aliran masuk modal asing ke pasar uang domestik.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah di akhir 2020 berada dikisaran Rp14.000-Rp14.600 per US$. Penguatan nilai tukar ini, seiring dengan berbagai faktor positif yang terjadi, termasuk aliran masuk modal asing ke pasar uang domestik.
"Sampai 19 juni 2020, nilai tukar rupiah mengalami penguatan 3,62% point to point atau 5,65% secara rata-rata, dibandingkan pada level akhir bulan Mei 2020," kata Perry saat Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (22/6).
Selain itu, penguatan rupiah juga ditopang dari tingginya imbal hasil aset keuangan domestik, membaiknya kepercayaan investor, serta turunnya ketidakpastian di pasar keuangan global. BI juga memandang secara fundamental nilai tukar rupiah masih berada di bawah nilai yang sewajarnya (undervalue).
"Kami memandang nilai tukar rupiah secara fundamental masih undervalue sehingga berpotensi menguat dan dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional," tuturnya.
Perry menuturkan potensi penguatan rupiah tersebut didukung oleh rendahnya inflasi, turunnya defisit transaksi berjalan, tingginya imbal hasil aset keuangan domestik, serta membaiknya premi resiko, baik di global maupun di Indonesia.