Pemerintah akan terus waspada dan antisipatif dengan kondisi perlambatan ekonomi global yang akan menurunkan tingkat permintaan.
Pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2022 tercatat 5,31%. Pertumbuhan ini diyakini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, terus berlanjut di 2023, dengan permintaan domestik yang menjadi penopang utama.
Airlangga juga menyampaikan, di 2023 kinerja ekspor akan melambat dibandingkan 2022. Sehingga pemerintah akan melakukan langkah antisipatif dalam menghadapi hal tersebut.
“Pemerintah akan terus waspada dan antisipatif dengan kondisi perlambatan ekonomi global yang akan menurunkan tingkat permintaan. Dengan demikian, core ekonomi dalam negeri melalui konsumsi dan investasi akan menjadi faktor utama untuk meningkatkan resiliensi ekonomi Indonesia di 2023,” kata Airlangga dalam keterangannya di Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2022, dikutip Selasa (7/2).
Beberapa strategi dan kebijakan utama disiapkan pemerintah, secara rinci Airlangga menguraikan, yakni pertama menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi melalui program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi yang efektif), serta optimalisasi program perlindungan sosial seperti program keluarga harapan (PKH), program Indonesia pintar (PIP), kartu sembako (BPNT), dan sejenisnya.
Kedua adalah memperkuat pasar domestik dengan optimalisasi penggunaan produk dalam negeri dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang dilakukan dengan memperkuat rantai pasok perusahaan nasional dalam menaikkan Tingkat komponen Dalam Negeri (TKDN), perluasan akses kredit usaha rakyat (KUR) sebagai penggerak UMKM sekaligus di sektor produksi (KUR Alsintan).