Shinta melaporkan, pengeboran sumur eksplorasi tajak di 2022 mencapai 30 sumur atau meningkat 7% dibandingkan 2021.
Anggota Komite BPH Migas, Abdul Halim mengungkapkan, produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia terus mengalami declining atau penurunan setiap tahunnya. Hal tersebut membuat Indonesia terpaksa memerlukan impor dalam memenuhi kebutuhan migasnya.
Dari data BPH migas yang Abdul sampaikan, terlihat adanya penurunan produksi minyak bumi dari tahun 2016 sebesar 831 million barrel oil per day (MBOPD) terus turun menjadi 612 MBOPD di 2022. Sejalan dengan penurunan produksi gas bumi, tahun 2016 sebesar 1.403 million barrel oil of equivalent per day (MBOEPD) menurun di 2022 menjadi 1.147 MBOEPD.
“Adanya penurunan ini membuat kita berupaya melakukan hal-hal untuk menemukan ladang-ladang minyak baru di seluruh Indonesia. Karena penurunan produksi ini memicu kita untuk impor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Abdul dalam pemaparannya di webinar Diskusi Publik INDEF: Urgensi Reformasi Subsidi Energi, Selasa (14/2).
Jika Indonesia tidak menemukan sumber pengeboran-pengeboran baru, maka Abdul menilai hal tersebut akan menjadi dilema dan masalah besar bagi Indonesia. Untuk mencegah hal tersebut, maka Abdul menyarankan beberapa upaya yang perlu segera dilakukan Indonesia, antara lain mengoptimasi produksi pada lapangan saat ini, melakukan transformasi resources to production, mempercepat chemical enhanced oil recovery (EOR).
“Indonesia perlu mengeksplorasi secara masif untuk menemukan cadangan migas baru dan memberikan kemudahan investasi dan pemberian insentif,” tutur Abdul menambahkan.