Bisnis

Butuh investasi Rp244,8 triliun, Kementerian BUMN jelaskan skema bisnis IBC

Investasi akan digunakan untuk membangun pabrik, kebutuhan tambang, smelting, produksi battery cell, dan battery pack.

Jumat, 26 Maret 2021 18:32

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir baru saja meresmikan pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) atau holding baterai listrik. Dalam menyiapkan holding ini, Erick menjelaskan pihaknya telah menyiapkan kerja sama dengan dengan dua pemain besar industri baterai listrik dunia.

Dia memastikan, dalam kerja sama ini, IBC akan ikut memproduksi baterai dari hulu hingga hilir. Untuk diketahui, kerja sama pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ini menggandeng dua perusahaan asing, yaitu Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dari China dan LG Chem dari Korea Selatan.

"Kami tak hanya bicara baterai buat mobil, tapi juga buat motor karena Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar industri motor dunia dan untuk stabilisator listrik di rumah. Di mobil kami mengalah, tapi di motor dan stabilisator kami jadi leading sector," kata Erick dalam konferensi pers, Jumat (26/3).

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menuturkan, total kebutuhan investasi untuk membangun industri baterai ini mencapai US$17 miliar atau setara dengan Rp244,8 triliun.

Kebutuhan investasi yang besar tersebut, menurut Pahala karena Indonesia tidak akan membangun satu pabrik baterai saja. Melainkan untuk kebutuhan tambang, smelting, produksi battery cell, dan battery pack.

Annisa Saumi Reporter
Satriani Ari Wulan Editor

Tag Terkait

Berita Terkait