Investasi ke startup diprediksi semakin ramai.
Guyuran investasi emiten-emiten pasar modal ke perusahaan rintisan atau startup kian marak belakangan ini. Investasi tersebut dilakukan mulai dari emiten berkapitalisasi pasar besar seperti PT Astra International Tbk. (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, maraknya emiten pasar modal menyuntikkan dana bisa menjadi tanda jika perusahaan rintisan kian menunjukkan kinerjanya. Hal ini menarik perhatian pembuat kebijakan di perusahaan konvensional untuk ikut berinvestasi di perusahaan rintisan tersebut.
"Selain untuk mempertahankan eksistensi yang ada, juga untuk menambah diversifikasi bisnis dari para emiten tersebut, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif ke induk," kata Reza dihubungi Alinea.id, Rabu (4/8).
Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) sekaligus Co-founder dan Managing Partner Gayo Capital Jefri R. Sirait mengatakan, investasi perusahaan-perusahaan besar ke startup bisa menjadi supporting system yang bagus bagi perusahaan.
"Selain itu mereka ingin punya bisnis baru, banyak perusahaan besar ingin punya bisnis model seperti startup. Jadi memang teknologi atau inovasi ini ada di depan, bukan menjadi lawan, tetapi kawan. Jadi saat ini, kesadaran perusahaan konvensional terhadap kehadiran startup menjadi semakin kuat," ujar Jefri dihubungi dalam kesempatan berbeda, Rabu (4/8).
Bukan hal baru
Jefri menilai, investasi perusahaan-perusahaan besar ke perusahaan rintisan bukan menjadi hal yang baru. Perusahaan seperti Telkom, Astra International, dan Bank BRI sebelumnya telah memiliki anak perusahaan yang bergerak di modal ventura.
Telkom dengan PT Metra Digital Investama atau MDI Ventures misalnya, menyampaikan siap menyuntik dana US$500 juta ke startup hingga 2024. MDI Ventures sendiri telah berinvestasi ke lebih dari 40 startup yang tersebar di 10 negara.
Sementara Astra International tercatat telah menyuntik startup Sayurbox senilai US$5 juta atau Rp72,5 miliar dan startup telemedicine Halodoc senilai US$35 juta atau Rp507,5 miliar. Tidak hanya itu, pada 2018 ASII menyuntikkan dana segar senilai US$150 juta ke startup decacorn Gojek.
Adapun BRI melalui BRI Ventures tercatat telah menyuntikkan dana ke startup agritech TaniHub senilai US$65,5 juta atau Rp942 miliar. Selain ke TaniHub, BRI Ventures juga melakukan investasi ke beberapa perusahaan teknologi finansial seperti Modalku, Investree, Payfazz, LinkAja, dan AwanTunai.