Struktur produksi daging 2020 mengalami pergeseran, pangsa daging sapi, dan kerbau menurun dari 29,53% (1990) menjadi 11,58% (2020).
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Makmun menyampaikan, perkembangan populasi jumlah ternak sapi/kerbau terus bertumbuh, namun jumlah konsumsi perkapita pun terus bertumbuh, karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat besar.
“Kita ini negara besar sehingga populasi yang sangat besar, sehingga menjadi incaran dari berbagai negara. Untuk kemudian berlomba ingin memasukkan produknya, dan salah satu jenis produk dari ternak ini yang belum surplus adalah sapi dan daging merah (kerbau). Kalau yang lain, saya kira sudah cukup tersedia,” kata dia dalam webinar virtual “Banjir Kerbau India, Kemana Sapi Lokal Kita?”, Kamis (13/1).
Ia memaparkan, mengenai jumlah populasi sapi potong di 2021 sebanyak 18,05 juta ekor (angka sementara), sebanyak 1,19 juta ekor kerbau, dan 0,58 juta ekor sapi perah sehingga impor susu masih sangat tinggi mencapai 20% pemenuhan di dalam negeri.
Lebih lanjut, Makmun mengungkapkan, lima provinsi dengan sapi potong terbanyak di antaranya, Jawa tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Menurutnya, pangan hewani berbasis unggas (daging dan telur) memiliki tingkat partisipasi tertinggi. Pada 2020, sekitar 90,20% penduduk mengonsumsi telur dan 57,78% mengonsumsi daging unggas. Struktur produksi daging 2020 mengalami pergeseran, pangsa daging sapi, dan kerbau menurun dari 29,53% (1990) menjadi 11,58% (2020).