Lonjakan jumlah investor di pasar modal tahun 2020 dipengaruhi tren investasi via digital di kalangan milenial.
Menutup tahun 2020, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat ada lonjakan jumlah investor pasar modal Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Investor saham, reksa dana, maupun obligasi mencapai 3.871.248, naik hingga 56% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 yang hanya sebesar 2.484.354.
“Single Investor Identification (SID) sampai 29 Desember 2020, kenaikan investor ini 4 kali lipat lebih tinggi sejak 4 tahun terakhir, dari 894 ribu investor pada 2016,” kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi dalam acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2020, Rabu (30/12).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menjelaskan, peningkatan jumlah investor sepanjang tahun ini salah satunya didukung dengan adanya proses digitalisasi di pasar modal. Khususnya, pembukaan rekening investasi melalui teknologi finansial (tekfin) atau fintech.
Terbukti dari keseluruhan jumlah SID, 54,52% atau sekitar 2,11 juta investor diantaranya memiliki rekening investasi di selling agent fintech (fintech agen penjual efek). Banyaknya investor yang membuka rekening melalui tekfin juga terlihat dari pertumbuhan Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan dari agen penjual efek.
Masih dari data KSEI, per 23 Desember 2020, AUM tercatat sebesar Rp6,3 triliun. Padahal dana kelolaan hingga akhir 2016 tercatat hanya Rp43,39 miliar. Adapun jumlah selling agent fintech yang terdaftar di KSEI hingga saat ini ada 11 perusahaan tekfin.