Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank merupakan imbas dari tingginya inflasi di Amerika.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menjelaskan, ambruknya dua bank besar di Amerika Serikat (AS), yaitu Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank merupakan imbas dari tingginya inflasi di Amerika.
Upaya Bank Sentral AS Federal Reserve, dalam mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan The Fed yang agresif sejak 2022, membuat kedua perbankan tersebut tidak mampu beradaptasi. Seperti diketahui, inflasi di Amerika sejak 2020 terus naik tajam hingga puncaknya tertinggi di Agustus 2022 tercatat 11,4% (yoy).
“Inflasi Amerika sebelum pandemi Covid-19 itu relatif rendah, rata-rata per tahunnya 2%. Tetapi semenjak pandemi di 2020 inflasi naik terus dengan rata-rata 9%,” kata Eko dalam diskusi Indef, Kamis (16/3).
Eko menuturkan, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga secara agresif agar inflasi menurun, sehingga daya beli masyarakat tetap tinggi, pencegahan terjadinya resesi, dan pelemahan ekonomi. Upaya The Fed menekan inflasi pun berhasil menjadikan inflasi AS di akhir 2022 menjadi 6,5% (yoy).
“Dalam kurun satu tahun, The Fed menaikkan suku bunga acuan sekitar 4,75% di 2022 dan ini langkah akseleratif yang melebihi dari harapan-harapan negara lain. Inflasinya memang turun di Februari 2023 jadi 6%, dan berhasil memberikan confident bagi The Fed sendiri,” kata dia.