"Jadi, memang ada pattern yang perlu diwaspadai mulai kuartal IV-2022."
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 mencapai 5,3% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan 2021 yang sebesar 3,69% (yoy). Bahkan, menjadi yang tertinggi sejak 2013, yang saat itu mencatatkan pertumbuhan 5,7% (yoy).
Sayangnya, pertumbuhan ini imbas dari "durian runtuh" harga komoditas atau melonjaknya harga komoditas secara global yang merupakan faktor eksternal. Sementara itu, faktor internal pertumbuhan ekonomi nasional justru masih di jauh dari harapan.
Meski demikian, menurut Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, pertumbuhan domestik tersebut masih lebih baik dibandingkan saat pandemi Covid-19 pada 2020-2021.
"Faktor domestik, seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah, itu sebetulnya kalau kita lihat secara rata-rata pertumbuhannya di 2022 dibanding sebelum pandemi, masih di bawah rata-rata. Apalagi, belanja pemerintah, itu malah terkontraksi minus," katanya kepada Alinea.id, Selasa (13/2).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada 2019 tercatat 5,04% (yoy), sedangkan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 4,46% (yoy) dan belanja pemerintah 3,72%. Seluruh komponen pengeluaran tersebut turun, masing-masing 4,93% (yoy), 3,87% (yoy), dan (-) 4,51% (yoy).