Stabilitas sistem keuangan adalah tanggung jawab bersama empat lembaga dari pemerintah.
Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.38. Buku ini adalah wujud nyata dari kuatnya komitmen Bank Indonesia akan transparansi dan komunikasi kepada publik.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan tiga makna tersirat dari KSK No.38. Pertama, optimisme pertumbuhan intermediasi yang semakin membaik di 2022 di tengah dinamika ekonomi global yang masih dibayangi berbagai tantangan. Kedua, transformasi kebijakan untuk menjaga ketahanan sistem keuangan dengan tetap mendorong intermediasi yang seimbang. Ketiga, sinergi dalam membangun ekonomi yang inklusif melalui pembiayaan dan gerakan penggunaan produk dalam negeri.
Pada buku itu menyebutkan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, di tengah pemulihan perekonomian global dan domestik yang masih dibayangi berbagai tantangan. Sinergi kebijakan menjadi kunci stabilnya sistem keuangan, yang diwujudkan melalui bauran kebijakan nasional yang akomodatif. Sistem keuangan tetap berdaya tahan, dan intermediasi melanjutkan perbaikan seiring dengan membaiknya kinerja korporasi dan rumah tangga (RT) serta persepsi risiko.
Dalam rangka mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, Bank Indonesia melanjutkan bauran kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi nasional, di antaranya melalui kebijakan makroprudential yang akomodatif dan inovatif bersinergi dengan kebijakan KSSK. Seiring dengan prospek pemulihan ekonomi, stabilitas sistem keuangan Indonesia diprakirakan tetap terjaga pada 2022, meskipun masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai.
“Stabilitas sistem keuangan adalah tanggung jawab bersama empat lembaga dari pemerintah. Tentu saja menjaga stabilitas keuangan dari kebijakan fiskal,” ucap Gubernur Bank Indonesia dalam keterangannya yang dipantau secara online pada Jumat (13/5).