Kenaikan harga minyak goreng sejak Agustus tahun 2020 semakin melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).
Seorang penjual telur gulung kembali memakai minyak goreng sisa penjualan selama berhari-hari. Riski, demikian ia akrab disapa, terpaksa harus menghemat pemakaian minyak dari kelapa sawit ini. Jika tidak, pedagang kaki lima di Jalan Kalibata Timur 1, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan ini terancam mengalami penurunan pendapatan.
Ia setidaknya membutuhkan 2,5 liter minyak goreng untuk lima hari. Namun, kini dia menggunakan 2,5 hingga 3 liter untuk tujuh hari. "Tergantung banyak apa enggak yang beli. Kalau banyak ya bisa 3 liter itu cuma seminggu," ucapnya kepada Alinea.id, Senin (29/11).
Sebagai salah satu komponen penting dalam ekosistem ekonomi gorengan, naiknya harga minyak goreng tentu membuat pedagang gorengan gusar. Berbagai cara pun dilakukan agar dagangan gorengan mereka tetap laris dan bisa meraup untung.
Sebut saja dengan menaikkan harga jual gorengan, mengurangi ukuran gorengan, menggunakan minyak goreng yang sama berulang kali, hingga mengoplos minyak kemasan dengan minyak curah.
Sejak Oktober lalu, saat harga minyak goreng curah mencapai Rp16.150 per liter di tingkat eceran di DKI Jakarta, Riski mulai mendaur ulang minyak goreng yang sudah digunakan sebelumnya dengan dua cara.