Pembenahan ini pun memerlukan keterlibatan banyak pihak seperti pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat itu sendiri.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menjelaskan, dalam menghadapi tantangan krisis pangan global, banyak hal yang harus dibenahi pada sektor pertanian Indonesia. Pembenahan ini pun memerlukan keterlibatan banyak pihak seperti pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat itu sendiri.
Poin pertama yang paling penting harus dibenahi adalah cara pandang pada suatu isu pokok, antara lain seperti inflasi tinggi yang disebabkan volatilitas pangan, kemiskinan tinggi di pedesaan yang identik oleh pertanian, dan keyakinan belum makan jika belum makan nasi.
“Kita harus mengubah cara pandang kita. Jangan hanya menyalahkan inflasi gara-gara volatilitas pangan, justru kita harus melihat kalau betul begitu, kita tingkatkan produksi dan perbaiki kinerjanya. Niscaya, inflasi akan turun. Jadi semangatnya semua sama, ini harus didukung,” jelas Hermanto dalam diskusi publik “Outlook Sektor Pertanian”oleh Indef, Jumat (16/12).
Kemudian cara pandang yang menilai kemiskinan di desa tinggi karena pertanian harus diubah juga. Caranya menurut Hermanto, dengan mulai mendorong pertanian di desa dan di daerah agar lebih baik, sehingga kemiskinan akan turun. Selain itu untuk cara pandang isu ketiga yakni beras harus diubah juga. Pasalnya saat ini sudah banyak komoditi pangan yang bisa menggantikan beras.
“Jangan mikir belum makan kalau belum pakai nasi. Banyak komoditi yang bisa substitusi beras, ada singkong, sagu, ubi, sukun. Ini adalah komoditi-komoditi yang potensial untuk diversifikasi,” kata Hermanto.