Bahan bakar hidrogen disebut lebih hemat ketimbang bensin dan kendaraan listrik berbasis baterai.
Indonesia telah mengumumkan akan memenuhi net zero emission (NZE) maksimal pada tahun 2060. Penurunan emisi dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik berbasis hidrogen.
PT PLN (Persero) menyebut bakal menghadirkan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia. Upaya pengembangan HRS ini menyusul diresmikannya 21 unit green hydrogen plant (GHP) yang tersebar di Indonesia pada Senin (20/11).
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, dalam rangka transisi energi, strategi utama yang ingin dijalankan pemerintah adalah dengan mengurangi energi berbasis impor menjadi energi domestik. Yakni dengan berpindah dari penggunaan energi fosil ke energi yang bersih dan ramah lingkungan, seperti listrik dan green hydrogen.
“Dalam rangka mencapai NZE kita akan melakukan berbagai upaya, selain penggunaan listrik PLN juga mendorong penggunaan alternatif energi hijau lainnya berbasis hidrogen. Memang untuk sektor transportasi ada dua opsi, yaitu penggunaan mobil listrik yang berbasis baterai (BEV) dan mobil listrik yang berbasis hidrogen (FCEV),” tutur Hartanto.
Direktur Utama PLN Indonesia Power (PLN IP) Edwin Nugraha Putra mengatakan diresmikannya 21 unit GHP akan menambah kapasitas excess produksinya yang digunakan untuk HRS pertama di Indonesia. Produk GHP nantinya disimpan di dalam tabung bertekanan 156 bar kemudian dikirimkan ke pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Senayan menggunakan truk hidrogen sebagai supply utama pada HRS.