Pembentukan holding dan sub holding dipandang tepat mengingat tantangan PLN ke depan.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk holding dan subholding di PT PLN (Persero) sebagai bentuk transformasi.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, secara umum pembentukan sub holding sangat tepat. Transformasi itu juga dianggap sesuai dengan tantangan yang dihadapi PLN di era disrupsi teknologi dan transisi energi.
"Tantangan PLN adalah melakukan transformasi aset-aset thermal yang berpotensi menjadi stranded asset dalam beberapa tahun mendatang," katanya kepada Alinea.id, Kamis (20/1).
Menurutnya, ke depan teknologi energi terbarukan dan energy storage systems (ESS) bakal lebih kompetitif jika dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
"Jadi PLN perlu meningkatkan investasi pada pembangkitan energi terbarukan secara cepat," katanya.