Penurunan emisi gas rumah kaca (biaya pengurangan) dari CCUS setara dengan harga karbon US$130 per ton.
Dunia saat ini tengah berupaya melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Oleh karena itu, pembangkit berbasis fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bakal ditinggalkan.
Namun agar PLTU bisa bertahan secara umur operasional, maka dikembangkanlah teknologi carbon, capture, utilization, and storage (CCUS). Digadang-gadang teknologi ini bisa menurunkan emisi karbon dari pembangkit fosil.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, dalam satu dekade terakhir secara umum proyek CCUS yang dijalankan beberapa negara di dunia tidak berhasil menurunkan emisi.
"Tidak berhasil menurunkan emisi yang dijanjikan, dan efektivitas biaya," paparnya kepada Alinea.id dikutip, Selasa (18/1).
Fabby menyebut, investasi dari CCUS sangat besar. Sehingga konsekuensinya untuk mengembalikan investasi, operasi PLTU harus diperpanjang. Dia menyebut, yang menjadi permasalahan adalah apakah secara ekonomis lebih murah menjalankan PLTU dengan CCUS dibandingkan dengan pembangkit lainnya.