Kendati begitu, sebagian pemegang surat utang pemerintah, masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap obligasi Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia harus waspada dengan efek domino dari kebijakan fiskal di negara-negara lain, seperti di Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China.
Pasalnya, pemerintah AS beberapa waktu lalu meluncurkan kebijakan yang menggelontorkan stimulus fiskal sebesar US$1,9 triliun, yang membuat imbal hasil US Treasury melonjak tajam. Hal ini jelas berdampak pada imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia.
"Kita hidup di masa harus sangat waspada dengan implikasi spillover (limpahan) kebijakan AS. US Treasury seperti yang saya katakan sebelumnya, dari Januari hingga Maret sudah meningkat dari 0,9%, lalu 1,7%, dan sekarang menjadi 85%," katanya dalam webinar Fitch on Indonesia 2021: Navigating a Post-Pandemic World, Rabu (24/3).
Tak hanya, AS, negara-negara lain seperti Rusia juga meningkatkan imbal hasil surat utangnya menjadi 29%, dan Filipina menjadi 48%. Sementara Indonesia hanya bertahan di level 11%.
"Ini juga pertama kalinya Indonesia justru memberikan imbal hasil global bond 10 tahun kita lebih rendah dari Filipina," ujarnya.