Aliran modal asing pada 2019 sebesar Rp224 triliun hanya mendatangkan keuntungan jangka pendek atau hot money.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke Indonesia sepanjang 2019 hanya mendatangkan keuntungan jangka pendek atau hot money.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menjelaskan, dari Rp224 triliun aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019, sebesar 75%-nya masuk ke surat berharga negara (SBN). Hal ini, kata Eko, disebabkan suku bunga yang ditawarkan pemerintah sangat menguntungkan.
"Kalau dari sisi pemerintah pasti bilangnya ini kepercayaan investor. Padahal mereka mau investasi di Indonesia karena bunganya tinggi. Jarang investor mempertimbangkan sisi makro secara dalam, lebih banyak karena untung-rugi," katanya di Jakarta, Rabu (22/1).
Eko mengungkapkan investor juga beralih ke negara-negara berkembang seperti Indonesia karena negara maju sedang melonggarkan kebijakan moneter. Sementara, Indonesia mematok bunga tinggi yang menggiurkan.
Untuk SBN 10 tahun saja, bunganya dipatok sebesar 6,6%. Angka ini sangat tinggi karena mengacu ke suku bunga Bank Indonesia (BI) yang juga tinggi di angka 5%. Eko menyebut suku bunga BI ini lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang sebesar 3% dan Filipina sebesar 4%.