Cadangan minyak hanya bisa bertahan sampai 2026, sedangkan cadangan gas bertahan hingga 35 tahun.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai produksi minyak dan gas dalam negeri terus menurun tiap tahunnya. Oleh karena itu, Indef meminta kepada presiden terpilih periode 2019-2024 memiliki program prioritas soal cadangan energi.
Ekonom Indef Faisal Basri menyebut pada tahun 1980 cadangan minyak masih 11,6 miliar barel, tetapi saat ini hanya tersisa 3,2 miliar barel. Bahkan, menurutnya cadangan minyak hanya bisa bertahan sampai 2026.
"Artinya kita menggasak minyak jauh lebih cepat dari usaha kita memperoleh cadangan baru. Terus diperkosa, malas mengeksplorasi," kata Faisal dalam diskusi bertajuk Pemanasan Debat Capres Kedua: Tawaran Indef untuk Agenda Strategis Pembangunan SDA dan Infrastruktur di ITS Tower, Jakarta, Kamis (14/2).
Selain minyak, pemerintah terlalu banyak mengeksploitasi kilang gas yang ada. Sehingga, cadangan gas Indonesia juga tidak bertahan lama.
"Gas cadangan kita 1,4% dari cadangan dunia. Jadi kalau digasak semua, 35 tahun akan habis. Fosil-fosil ini akan habis sebentar lagi. Batu bara juga kita tidak kaya-kaya amat, bukan top five. Share-nya 2,2% dari cadangan dunia. Tapi konsumsi energinya naik terus. Dari surplus 1,4 juta barel sekarang defisit 703.000 barel," jelas Faisal.