Perlunya hilirisasi manufaktur berbasis komoditas guna mendorong ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha Rachbini mengatakan perlunya hilirisasi manufaktur berbasis komoditas guna mendorong ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan. Hal itu disampaikan Eisha di sela-sela webinar mengenang 100 hari dan launching buku pemikiran Dr.Enny Sri Hartati, Sabtu (9/10).
"Potensi ekspor perlu dioptimalkan melalui hilirisasi komoditas yang berbasis sumber daya alam bernilai tambah tinggi," ujar Eisha.
Hal tersebut bisa didapatkan dengan meningkatkan nilai tambah komoditas menjadi produk berteknologi tinggi. Salah satu komoditas yang memiliki potensi besar adalah nikel.
Indonesia tercatat menjadi produsen bijih nikel terbesar di dunia pada tahun 2019. Di mana, dari 2,67 juta ton produksi nikel di seluruh dunia, Indonesia telah memproduksi sekitar 30% atau 800.000 ton.
"Pemerintah sekarang gencar mendorong komoditas nikel di hilir untuk industri baterai lithium dan mobil listrik," ujarnya.