Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4%, tetapi ketimpangan cenderung makin lebar.
Dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun, Indef (Institute for Development of Economics and Finance) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum-Kementerian Dalam Negeri mengadakan Seminar Nasional, bertajuk “Refleksi 77 Tahun Kemerdekaan: Agenda Politik 2024 Modal Bagi Penguatan Ketahanan Ekonomi Nasional”.
Pendiri dan ekonom senior Indef Didin S Damanhuri mengatakan, kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4%, tetapi ketimpangan cenderung makin lebar. Itu menggambarkan kesejahteraan ekonomi di Indonesia tidak berjalan dengan baik dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
“Dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 5%, lalu seolah-olah kesejahteraan masyarakat otomatis meningkat. Padahal tidak seperti itu secara ekonomi-politik, karena masih tergantung dari distribusi PDB itu,” kata Didin S Damanhuri, yang dipantau secara daring, Rabu (24/8)
Didin menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup tinggi. Tetapi, hal ini mengakibatkan masyarakat yang berada di kelas bawah semakin miskin dan menurut data Forbes, hanya terkumpul 40 orang super kaya di Indonesia.
“Jadi jangan gembira dulu karena terjadi pertumbuhan ekonomi di atas 5% tetapi masyarakat bawahnya semakin miskin dan yang tumbuh tinggi itu terakumulasi oleh orang super kaya yang hanya 40 orang menurut data dari Forbes,” ujar Didin.