Airlangga menyebutkan, nilai investasi AS di Indonesia masih tergolong sangat kecil.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan pertemuan bilateral secara tatap muka dengan United State Secretary of Commerce Gina Raimondo yang dilakukan di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indo-Pasific Economic Framework (IPEF) for Prosperity, 8-9 September 2022 di Los Angeles (LA) Amerika Serikat (AS).
Pada pertemuan tersebut, keduanya membahas berbagai perkembangan penting dalam perundingan IPEF dan upaya untuk meningkatkan kerja sama dan investasi (AS) ke Indonesia.
"Volume perdagangan bilateral RI - AS ditargetkan bisa mencapai US$60 miliar, di mana saat ini baru mencapai sekitar US$ 37 miliar, sehingga terdapat peluang untuk lebih meningkatkan lagi kerja sama kedua negara,” ujar Menko Airlangga dikutip dari keterangan persnya, Jumat (9/9).
Selain itu, Menko juga mengatakan kepada Gina Raimondo bahwa Indonesia telah mendorong reformasi struktural melalui omnibus law UU Cipta Kerja, posisi strategis Indonesia selaku Presidensi G20 dan Ketua ASEAN pada 2023, juga dengan perlunya dukungan AS soal masalah pangan yang utamanya impor kedelai (soya bean) dari AS yang cukup besar.
Airlangga menyebutkan, nilai investasi AS di Indonesia masih tergolong sangat kecil, karena di tahun 2021 tercatat hanya sebesar US$2,54 miliar atau senilai Rp37,5 triliun. Maka menurutnya, hal ini perlu didorong agar terjadi peningkatan investasi AS ke Indonesia.
"Itulah pentingnya mengapa Indonesia perlu bergabung dalam IPEF dan berperan aktif dalam setiap pertemuan. Ini adalah peluang yang sangat bagus bagi Indonesia untuk meningkatkan perdagangan dan investasi AS," ujar Raimondo menjawab Airlangga yang juga setuju dengan pernyataan Airlangga bahwa AS masih berinvestasi sangat sedikit di Indonesia.
Diketahui, Indonesia sudah terlibat aktif dalam inisiasi pembentukan IPEF dan bergabung sejak diluncurkannya pada tanggal 23 Mei 2022 di Tokyo, Jepang. Indonesia juga pada pertemuan IPEF Ministerial Meeting atau PTM di LA, memutuskan untuk terlibat dalam seluruh pilar dari empat yang ditawarkan IPEF. Keempat pilar tersebut terdiri dari, pilar I perdagangan (fair & resilience), pilar II rantai pasok/supply chain (resilience), pilar III energi bersih, dekarbonisasi, dan infrastruktur (infrastructure, clean energy, and decarbonization), dan pilar IV pajak dan antikorupsi.
Lebih lanjut, Raimondo menjelaskan bahwa IPEF snagat bermanfaat bagi negara-negara di Kawasan Indo Pasifik.
Sesuai dengan program CHIPS, pemerintah AS telah menyediakan dana federal sebesar US$50 miliar atau setara Rp747 triliun untuk membangun industri semi konduktor.
"Kami berkomitmen akan menyediakan alokasi dana di program CHIPS untuk mendorong investasi semi konduktor di Indonesia. Kami juga akan mendorong perusahaan-perusahaan besar AS untuk berinvestasi di Indonesia," tutur Raimondo.
Raimondo juga menyampaikan pada Airlangga, demi meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang semi konduktor, saat ini AS sudah memiliki program master untuk semi konduktor (Master's Degree in Semiconductor and Microelectronics Engineering) di University of Purdue. Menurutnya, program master ini bisa dikerjasamakan dengan perguruan tinggi di Indonesia. Menyambut baik usulan tersebut, Airlangga pun menawarkan bahwa Indonesia akan menyiapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pendidikan di Batam, agar sejalan dengan industri semi konduktor yang sudah ada di Batam.
Menko Airlangga menegaskan pentingnya program konkret yang dapat direalisasikan (concrete deliverable) menindak lanjuti komitmen tersebut. Karena itu, Secretary Raimondo meminta untuk segera dibentuk Tim Teknis antara kedua negara guna membahas hal-hal teknis, dan akan mengundang kembali Menko Airlangga untuk membahas hasil nyata dari pembahasan teknis tersebut pada Oktober 2022.