Namun, ada beberapa tantangan untuk membangun ekosistem tersebut.
Pemerintah ingin menciptakan ekosistem mobil listrik dan baterai kendaraan listrik agar negara lain ketergantungan. Langkah ini diklaim akan membuat Indonesia maju dan tak terjebak pada negara berpendapatan menengah (middle income trap).
"Kita ingin menyatukan, mengintegrasikan yang namanya seluruh kekayaan alam ini menjadi satu barang yang nanti dibutuhkan, yang namanya EV (electric vehicle) baterai, litium baterai," ucap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Peringatan HUT ke-8 dan Kopi Darat Nasional Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta, Selasa (31/1) malam.
"Di situ ada komponen dari nikel, tembaga, timah, bauksit, dan semuanya harus kita satukan, kita integrasikan sehingga muncul nanti yang namanya EV baterai. Dan babak selanjutnya, ekosistem yang lebih besar yang namanya mobil listrik, yang ke depan mau tidak mau semua negara akan mencari barang ini," tuturnya.
Jokowi mengakui, mengintegrasikan komponen-komponen baterai dan mobil listrik bukan perkara mudah meskipun Indonesia memiliki hampir semua bahan yang dibutuhkan. Sebab, ada tantangan untuk menyatukan berbagai bahan tambang yang lokasinya tersebar di berbagai wilayah.
"Yang sulit memang geografis negara kita. Nikel itu ada di Sulawesi yang banyak, ada di Maluku Utara. Tembaga ada di Papua, ada di Sumbawa, ini yang besar-besar. Bauksit itu ada di Kalimantan Barat dan ada di Kepulauan Riau, di Bintan. Timah ada di Bangka Belitung. Bagaimana mengintegrasikan ini? Ada smelter di sini, ada smelter di sana, disatukan menjadi barang yang namanya EV baterai dan yang namanya mobil listrik," tuturnya.