Volume kejahatan siber pada 2020 meningkat hingga 55% dibandingkan tahun sebelumnya.
Seiring perkembangan zaman, kian banyak rumah sakit (RS) yang bergantung dengan sistem informasi baik dalam mengerjakan tugas adminstratif maupun klinik. Apalagi pekerjaannya kompleks dan beraktivitas selama sehari penuh sehingga perlu selalu siaga.
“Dengan sendirinya kebanyakan teknologi diagnostik dan alat memiliki komponen-komponen yang sangat canggih karena harus berkomunikasi satu sama lain,” ujar Staf Ahli IT RS Persi, Tony Seno Hartono, dalam webinar, Selasa (28/9).
Dia menerangkan, perkembangan teknologi digital pada RS dilakukan guna menggenjot produktivitas, meningkatkan kepuasan, dan fleksibilitas. Namun, tak sedikit yang peralatannya berusia tua dan teknologinya tidak terlalu canggih.
Hal itu membuat segala solusi yang dihadirkan masih bersifat "tambal sulam" dan dapat meningkatkan celah-celah keamanan. Dengan demikian, dapat dengan mudah dieksploitasi orang-orang tidak bertanggung jawab,
“Kejahatan siber ini memang secara trennya meningkat dan diperkirakan menyebabkan kerugian lebih dari US$13 miliar setahun dan volume serangan terhadap infrastruktur layanan kesehatan juga meningkat, volumenya meningkat sebesar 55% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ungkapnya.