Sentimen diharapkan semakin positif memasuki paruh kedua pada 2023, yang didorong oleh inflasi domestik yang terkendali.
Pandangan terhadap pasar obligasi membaik seiring dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan potensi kebijakan Fed Funds Rate yang lebih akomodatif. Kedua katalis ini, diyakini dapat mendorong penguatan pasar obligasi lebih lanjut.
"Apalagi secara historis, pasar obligasi Indonesia menawarkan potensi kinerja yang menarik menyusul jeda kenaikan suku bunga,” ujar Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha, dalam keterangan resminya, Minggu (4/6).
Dia menjelaskan, pasar obligasi memiliki hubungan erat dengan outlook makroekonomi negara seperti inflasi, kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus dana asing. Menariknya, pasar obligasi Indonesia saat ini berada pada sweet spot. Di mana, faktor-faktor tersebut pada kondisi yang suportif. Inflasi domestik terus melandai, suku bunga sudah di level stabil, nilai tukar Rupiah yang kuat, dan terdapat arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi.
Potensi katalis selanjutnya bagi pasar obligasi adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia. Langkah logis selanjutnya bagi bank sentral setelah mencapai puncak siklus kenaikan suku bunga adalah untuk melakukan pemangkasan suku bunga.
"Dengan kondisi inflasi terjaga dan nilai tukar Rupiah yang stabil, maka terdapat ruang bagi Bank Indonesia untuk dapat melakukan pemangkasan suku bunga yang dapat menjadi katalis tambahan bagi pasar obligasi," tutur dia.