Bisnis

Kementan diminta kurangi impor bawang putih

China secara konsisten mengirimkan bawang putih ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar.

Minggu, 19 Desember 2021 12:48

Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin meminta Kementerian Pertanian (Kementan) mengurangi importasi bawang putih yang tiap tahun mencapi 507 ribu ton per tahun. Menurutnya, besaran angka importasi bawang putih pada outlook bawang putih 2020 menjadikan Indonesia sebagai negara importir bawang putih terbesar di dunia.

"Saya sangat menyayangkan belum ada perubahan situasi importasi bawang putih dalam negeri di mana tiap tahun kita tinggi sekali angka impornya dari China. 99 persen kita yang ambil, sisanya dari  India, Taiwan, Amerika Serikat, dan Mesir yang angkanya hanya ratusan hingga maksimal 2 ribu ton," kata Andi Akmal dalam keterangannya,  Minggu (19/12).

Andi Akmal menyebut program-program pemerintah di Kementan sangat mendukung kinerja pemerintah terutama dukungan anggaran. Melalui direktorat Jenderal Hortikultura, setidaknya sebanyak Rp1,14 triliun telah di alokasikan tahun 2021 melalui APBN. Namun, menurut politikus PKS itu, pemotongan anggaran akibat refocusing akibat pandemi menjadikan APBN Kementan menurun lebih separo sejak tahun 2015.

Bahkan, lanjut dia, sejak enam tahun lalu, China sebagai produsen dan eksportir bawang putih terbesar di dunia, secara konsisten mengirimkan bawang putih ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Pada 2015, bawang putih asal China sebesar 482 ribu ton, 2016 sebesar 445 ribu ton, 2017 sebesar 550 ribu ton, 2018 sebesar 585 ribu ton, dan 2019 sebesar 472 ribu ton. Bahkan yang terjadi selama ini, besarnya impor bawang putih menyebabkan komoditas ini selalu mengalami defisit neraca perdagangan dari 1996.

"Saya minta secara khusus kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian, setidaknya ada upaya mengurangi besaran importasi bawang putih di negara kita. Kegiatan dan program kementan di Dirjen Horti mesti ada succes story-nya untuk menekan angka importasi bawang putih yang memang komoditas ini tidak banyak ditanam di Indonesia seimbang dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang sangat banyak," tutur Akmal.

Marselinus Gual Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait