Namun demikian, berpotensi terjadi kenaikan harga energi jika harga minyak dunia masih di atas US$100 per barel.
Terjaganya inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,44% (year on year/yoy) pada kuartal II-2022 diklaim salah satunya karena kebijakan pemerintah menjaga konsumsi masyarakat melalui stabilitas harga barang.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono, menyatakan, stabilitas harga barang terjadi lantaran pemerintah meningkatkan anggaran menambah subsidi dan kompensasi energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM), gas, dan listrik bersubsidi. Imbasnya, konsumsi masyarakat tumbuh sebesar 5,51%.
Faktor berikutnya, tingginya pertumbuhan ekspor menyusul kenaikan harga komoditas dan momentum konsumsi tinggi saat puasa dan Lebaran. "Elemen-elemen itu yang menjadikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sangat baik," ucapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (6/8).
Edy mengklaim, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44% ini membuat Indonesia berpeluang menghindari ancaman resesi. Namun demikian, masih ada potensi terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi, terutama dari aspek fiskal dan moneter.
Dari sisi moneter, menurutnya, imbas kebijakan meningkatkan giro wajib minimum sekalipun Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga acuan. "Implikasinya, kredit dari perbankan tidak sebesar sebelumnya."