Indonesia tidak hanya meningkatkan daya saing ekspor, tetapi juga tidak lagi bergantung pada investasi asing serta mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor baru yang memberatkan ke banyak negara. Indonesia kini harus menanggung tarif resiprokal 32% ditambah basis tarif 10% untuk melakukan ekspor ke AS.
Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) mengatakan pemerintah telah melakukan sederet strategi untuk mengantisipasi gejolak global. Dari dalam negeri, pemerintah berupaya meningkatkan nilai tambah ekspor dengan memprioritaskan kebijakan hilirisasi industri.
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Noudhy Valdryno mengatakan sumber daya alam (SDA) Indonesia melimpah, namun selama ini sering diekspor dalam bentuk bahan mentah.
Salah satu contoh kesuksesan kebijakan hilirisasi adalah sektor nikel, di mana nilai ekspor nikel dan turunannya hanya mencapai US$3,7 miliar pada tahun 2014 melonjak menjadi US$34,3 miliar pada tahun 2022.
Selain itu, pada 24 Februari 2025, Prabowo juga meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang dirancang untuk mempercepat hilirisasi SDA strategis di Indonesia.