Nilai tawar perbankan dengan bunga yang lebih rendah diyakini mampu membawa financial technology (fintech) ke ufuk senja kala.
Adam (31 tahun) baru saja selesai membuka kedai kopinya saat reporter Alinea.id berkunjung ke rumahnya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Lelaki bujang yang hanya tinggal di rumah kontrak itu harus berjuang sendiri membiayai hidupnya lantaran sulitnya mencari pekerjaan di Ibu Kota.
Setahun lalu, ia mengenang, pemilik restoran di tempatnya bekerja sebagai pramusaji memecatnya dengan sepihak lantaran kondisi keuangan sang bos yang sedang carut-marut. Bosnya, kata dia, kalah bertaruh saat kontestasi politik 2019 silam.
“Bos aku semacam main politik gitu. Terus kalah. Dia ‘kan dukung Prabowo, tapi kalah ‘kan. Jadi enggak balik modal. Kita (karyawan restoran) jadi korban (dipecat), restoran tutup,” kisahnya, Rabu (5/1).
Sejak saat itu, Adam harus mencari pinjaman sana-sini untuk tetap bertahan hidup di Jakarta. Ia bertekad untuk tidak pulang ke kampung halaman dengan kondisinya saat itu. Maklum, sebagai seorang perantau, ia malu jika harus balik kampung tanpa hasil apa-apa.
Pria asal Mojokerto, Jawa Timur itu sudah berulang kali mengajukan pinjaman modal ke bank untuk membuka usaha. Namun nihil. Tidak ada barang satu bank pun yang menyetujui.