Bisnis

Mengukur dampak perang dagang AS-China ke Indonesia

Defisit neraca perdagangan AS dengan China makin melebar di periode tahun 2013 hingga 2017. Tak heran jika AS was-was dengan kondisi itu.

Selasa, 03 April 2018 15:47

Genderang perang telah ditabuh oleh China. Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping tersebut resmi memberlakukan tambahan tarif sebesar 25% terhadap produk asal Amerika Serikat termasuk buah dan daging babi mulai Senin (2/4). Kebijakan ini menyusul langkah Presiden Donald Trump yang lebih dahulu mengenakan tarif tambahan sebesar 25% untuk produk baja dan 10% bagi aluminium impor terhadap beberapa negara termasuk China

Trump beralasan pemberlakuan tambahan tarif lantaran impor aluminium menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri. Mulai dari tahun 2013 hingga 2016, jumlah lapangan kerja industri aluminium susut 58% dan enam smelter gulung tikar. Selain itu juga, kelebihan produksi global baja sebesar 700 juta ton dikhawatirkan merusak pasar dalam negeri. Dalam hal ini, China dikenal sebagai penghasil dan pengekspor baja terbesar serta sumber terbesar dari kelebihan produksi baja global. 

Upaya AS membendung produk China pun segera dibalas. Pemerintah China resmi mengeluarkan daftar 128 produk yang dikenakan tarif. Beberapa produk yang dikenakan tarif tambahan di antaranya adalah tanaman untuk kebutuhan farmasi dan parfum, minuman fermentasi atau wine dari buah anggur segar, buah-buahan dan kacang-kacangan, serta produk besi dan baja. 

Merujuk kepada data World Trade Atlas, defisit neraca perdagangan AS dengan China makin melebar di periode tahun 2013 hingga 2017. Tak heran jika AS was-was dengan kondisi neraca dagang mereka terhadap China di masa mendatang. Tahun lalu, AS impor produk dari China sebesar US$ 505,59 miliar atau naik 9,29% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 462,62 miliar. Sedangkan, nilai ekspor AS ke China di tahun lalu tercatat hanya US$ 130,37 miliar. Artinya, sepanjang tahun 2017, neraca dagang AS terhadap China defisit sebanyak US$ 375,23 miliar. Nilai ini melonjak 8,13% dibandingkan defisit neraca dagang pada tahun 2016 yakni sebesar US$347,02 miliar.

 

 

Cantika Adinda Putri Noveria Reporter
Fira Fauziah Reporter
Satriani Ari Wulan Editor

Tag Terkait

Berita Terkait