Kementerian Pertanian mempercepat musim tanam untuk antisipasi dampak La Nina.
Fenomena alam La Nina kembali melanda Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan siklus La Nina yang berulang akan membayangi Tanah Air dari tahun ini hingga awal tahun mendatang.
Saat La Nina terjadi anomali cuaca. Intensitas hujan akan lebih tinggi 20%-40% dibanding kondisi normal. BMKG menyebut, La Nina intensitas rendah diperkirakan bakal berlangsung mulai September 2020 hingga April 2021.
Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir mengungkapkan La Nina menimbulkan potensi merugikan. Hal ini terkait erat dengan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang atau angin puting beliung.
Namun belakangan ini, pihaknya justru melihat La Nina sebagai peluang dan berkah bagi sektor pertanian. Peluang dan berkah ini, kata dia, akan didapat bila potensi ketersediaan air yang lebih besar dari biasanya itu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
"Sekarang, baik La Nina ataupun El Nino jadi momentum untuk meningkatkan produktivitas. Lahan kering dapat dimanfaatkan lebih baik, yang kebanjiran dan yang ditanam (manfaat terhadap proses penanaman) lebih banyak yang ditanam," ujar Winarno kepada Alinea.id kemarin.