NTP merupakan salah satu indikator untuk mengetahui daya beli petani di pedesaan.
Nilai tukar petani (NTP) pada Oktober 2022, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), mengalami kenaikan menjadi 107,27 atau naik 0,42% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong meningkatnya Indeks Harga Terima Petani (It) sebesar 0,29% menjadi 122,18 dan lebih tinggi daripada Indeks Harga Bayar Petani (Ib) yang turun 0,13% menjadi 113,90.
NTP merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Selain itu, menunjukkan daya tukar (terms of trade) produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksinya.
"Komoditas penyumbang naiknya It utamanya didukung oleh kelapa sawit, gabah, kopi, dan gambir. Sedangkan komoditas penyumbang turunnya Ib adalah komoditas utamanya cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, dan daging ayam ras," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setyanto, dalam telekonferensi pers, Selasa (1/11).
Kenaikan NTP tertinggi ditopang subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yang naik 1,7% karena It meningkat 1,53% dan Ib turun 0,16%. "Komoditas utama yang dominan memengaruhi NTP subsektor NTPR yaitu kelapa sawit, kopi, cengkeh, gambir, kakao, pinang, dan tebu," kata Setyanto.
Subsektor lainnya juga mengalami kenaikan, yaitu tanaman pangan (NTPP) naik 1,07% dan nelayan (NTN) naik 0,17%. Sementara itu, subsektor NTP yang mengalami penurunan terdalam adalah hortikultura (NTPH), turun 4,14% karena It turun 4,23% dan jauh lebih besar dari Ib yang turun 0,1%.