Menjadi salah satu cara untuk mengakselerasi dalam proses transisi energi dan mengejar target Net Zero Emission pada 2060.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong percepatan pembangunan pembangkit yang ramah lingkungan yang berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) untuk meningkatkan pasokan kelistrikan nasional.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, dalam satu dekade ke depan, pemerintah akan membangun pembangkit listrik berbasis EBT dengan total kapasitas mencapai 22 GigaWatt (GW) yang diperkirakan menghabiskan biaya cukup besar.
Meski mahal, dengan membangun pembangkit listrik berbasis EBT, menurut Arifin menjadi salah satu cara untuk mengakselerasi dalam proses transisi energi dan mengejar target Net Zero Emission pada 2060, karena pembangkit EBT sudah tentu merupakan pembangkit tanpa emisi karbon. Bahkan, Indonesia juga telah membuat roadmap secara bertahap hingga 2060 untuk mencapai target NZE tersebut.
"Pembangunan pembangkit EBT dalam 10 tahun mendatang, akan memakan biaya sebesar US$50 miliar," jelas Arifin dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (15/11).