Jumlah tambahan pembangkit menyusut sekitar 28,21% dari target semula yang sekitar 78 Gigawatt (GW) menjadi 56 GW.
Pemerintah agaknya tak percaya diri terhadap perhitungan kebutuhan listrik dengan melihat angka pertumbuhan ekonomi. Makanya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja meluncurkan Rencana Umum Persediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018 hingga 2027.
Di RUPTL yang baru, jumlah tambahan pembangkit menyusut sekitar 28,21% dari target semula yang sekitar 78 Gigawatt (GW) menjadi 56 GW.
Dengan perhitungan yang baru, target kapasitas pembangkit setrum baik yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) maupun Independent Power Producer (IPP) ikut menciut sebesar 15,87%. Pada tahun 2025, total kapasitas pembangkit listrik terhitung hanya 106 GW. Padahal, sebelumnya, Pemerintah mematok target fantastis yakni mencapai 126 GW.
Asumsi dasar perubahan perhitungan penyediaan listrik lantaran pertumbuhan ekonomi tak sebesar yang diharapkan oleh pemerintah. Kondisi ekonomi makro seperti daya beli konsumen yang rendah bakal mengerem laju pertumbuhan.
Walaupun pemerintah mempermudah sejumlah izin investasi, kebutuhan listrik untuk industri tak setinggi yang digembar-gemborkan. Awalnya, Kementerian ESDM menghitung kebutuhan pertumbuhan listrik rata-rata mencapai 8,3% per tahunnya. Kini, angka tersebut turun menjadi 6,9% per tahun.