Masih banyak alat kesehatan yang diperoleh melalui impor, belum memiliki substitusi di dalam negeri.
Pemerintah menggenjot pengembangan industri sektor kesehatan Indonesia baik untuk alat kesehatan maupun obat-obatan. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Edi Priyono menilai saat ini masih banyak alat kesehatan yang diperoleh melalui impor, belum memiliki substitusi di dalam negeri.
“Kalau substitusinya ada, biasanya harganya lebih mahal atau kualitas kurang bagus. Walaupun semuanya tidak begitu,” kata Edi dalam diskusi daring, Minggu (9/10).
Untuk mendukung kualitas produk substitusi yang telah ada, Edi menyebut diperlukannya komitmen pemerintah guna memprioritaskan pembelian produk lokal. Ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera (APBN) bisa menyerap produk dalam negeri.
“Membeli produk lokal ini dampak multiplier effect-nya banyak, industri dalam negeri bisa makin berkembang, orang yang bekerja makin banyak, dan kesejahteraan masyarakat juga otomatis meningkat,” ujarnya.
Edi juga mengatakan produk industri kesehatan terutama obat hampir mayoritas berbahan baku asal impor, meskipun beberapa sisanya sudah ada yang bisa diperoleh di Indonesia.