Bisnis

Perang dagang Indonesia-Eropa, siapa yang untung?

Pemerintah Indonesia mengancam bakal membalas larangan penggunaan CPO oleh Perlemen Uni Eropa.

Selasa, 24 April 2018 14:10

Kabar tak sedap datang dari benua biru. Parlemen Uni Eropa memutuskan larangan penggunaan minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) sebagai bahan bakar biodiesel pada tahun 2021. Pasalnya, perkebunan kelapa sawit dianggap momok bagi lingkungan. Alih-alih menekan emisi gas rumah kaca, penanaman kelapa sawit justru menyumbang polusi. Kemenangan kelompok pecinta lingkungan ini bisa menjadi pukulan telak bagi ekspor Indonesia. Maklum, Uni Eropa adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah India. 

World Trade Atlas mencatat, total nilai ekspor CPO Indonesia sebesar US$18,51 miliar di tahun 2017. Nilai itu melonjak 28,87% ketimbang tahun sebelumnya yakni sebesar US$15,39 miliar. Negara terbesar tujuan ekspor masih didominasi oleh India dengan nilai pangsa pasar 26,44% dan 23,94% di tahun 2016 serta 2017. Disusul oleh Eropa dengan pangsa pasar sebesar 14% di periode waktu yang sama. Tempat ketiga adalah China dengan mencuil pangsa pasar sebesar 11% dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini. 

 

 

Kebijakan Parlemen Uni Eropa bisa menjadi bumerang bagi kinerja ekspor CPO. Sejak tahun 2007 hingga 2017, nilai ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa rata-rata tumbuh 15,22% per tahunnya. Dihitung secara nilai, Indonesia mengekspor CPO US$2,19 miliar rata-rata setiap tahunnya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tahun 2016, Indonesia mengirim CPO sebanyak US$ 2,05 miliar. Setahun berikutnya, nilai ekspor CPO ke Uni Eropa tercatat naik 29,05% menjadi US$2,64 miliar.

Di antara 28 negara Uni Eropa, nilai ekspor terbesar pada tahun lalu adalah Spanyol dengan perolehan US$920 juta atau naik 33,51% dari 2016 yakni US$689,07 juta. Sebelumnya, Belanda adalah pemimpin pasar untuk ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Namun, sejak tahun 2016, negara kincir angin tersebut berada di posisi kedua. Tahun lalu, Indonesia ekspor CPO ke Belanda mencapai US$773,62 juta. Disusul berikutnya oleh Italia dengan torehan nilai ekspor US$705,84 juta di periode yang sama.

Fira Fauziah Reporter
Satriani Ari Wulan Editor

Tag Terkait

Berita Terkait