Kemampuan ekonomi PT Pertamina terlihat ‘megap-megap’ alias terbatas setelah mengelola Blok Rokan.
Rencana hengkangnya atau divestasi Shell, sebagai salah satu pemilik hak partisipasi (Participating Interest/PI) sebesar 35% dalam pengelolaan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, masih belum menemukan titik terang. Pasalnya, perusahaan asal Belanda tersebut belum menemukan penggantinya yang bisa menjadi partner Inpex Corporations.
Semula, Shell merencanakan untuk mundur sejak 2020, karena menilai proyek Blok Masela kurang kompetitif dibanding dengan portofolio proyek mereka di negara-negara lain. Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto menyebut, Shell ingin mundur setelah Plan of Development (PoD) Budget ditetapkan.
"Ini PoD Budgetnya dari US$13 miliar menjadi sekitar US$19 miliar, sedangkan Shell pegang 35%. Shell ini mundur setelah PoD budget ditetapkan jadi ada klausul-klausul yang harus mereka jalankan," jelas Sugeng kepada wartawan usai memberikan pemaparan dalam acara Forum Kapasitas Nasional II, Jakarta, Kamis (28/7).
Hengkangnya Shell memunculkan asumsi apakah PT Pertamina bisa menggantikan posisi Shell. Sugeng beranggapan jika kemampuan ekonomi PT Pertamina sebenarnya sanggup untuk berinvestasi pada blok yang telah ditemukan sejak 20 tahun lalu ini, yakni sekitar US$6 miliar sesuai proporsi PI Shell. Namun dalam kenyataannya, kemampuan ekonomi PT Pertamina terlihat ‘megap-megap’ alias terbatas dalam mengelola Blok Rokan.
“Kondisi Pertamina untuk Rokan saja masih megap-megap dengan working capital pengeboran,” ujarnya.