Penjualan industri makanan dan minuman kemasan diprediksi tumbuh 5,05% menjadi Rp 509,67 triliun di akhir Desember 2018.
Industri makanan dan minuman kemasan diperkirakan akan mengalap berkah dari perhelatan pemilihan kepala daerah serentak pada tahun ini di tengah ancaman menurunnya daya beli masyarakat. Pesta demokrasi yang diselenggarakan di 171 daerah diprediksi bakal mengerek penjualan makanan dan minuman kemasan.
Euromonitor International memprediksi, penjualan industri makanan dan minuman kemasan tumbuh 5,05% menjadi Rp 509,67 triliun di akhir Desember 2018. Pada tahun 2017 lalu, penjualan industri makanan dan minuman kemasan tercatat hanya Rp 485,16 triliun.
Di sektor makanan, produk makanan ringan bakal bersaing ketat dengan produk turunan susu sebagai kontributor terbesar dalam industri makanan dan minuman kemasan. Di tahun anjing tanah ini, penjualan produk makanan ringan diprediksi mencapai Rp 44,62 triliun. Sedangkan penjualan produk turunan susu diramal sebanyak Rp 44,74 triliun di periode tahun yang sama. Untuk kategori minuman non-alkohol, air minum kemasan dalam botol bakal menjadi penyumbang tertinggi dengan angka penjualan Rp 35,09 triliun. Di tempat kedua adalah teh siap minum atawa ready to drink tea dengan perkiraan penjualan Rp 18,43 triliun.
Selain ajang pilkada 2018, pertumbuhan industri makanan dan minuman kemasan juga didukung oleh pertumbuhan ritel modern baik di kota-kota besar maupun wilayah rural. Di kota besar, konsumsi industri makanan dan minuman kemasan didorong oleh tren gaya hidup. Padatnya aktivitas bekerja membuat mereka memilih makanan instan seperti mie maupun biskuit. Sedangkan bagi mereka yang memilih hidup sehat, produk organik menjadi pilihan utama.