Pemerintah baru berencana mengembangkan PLTN di Indonesia untuk menggantikan PLTU pada 2049.
Pemerintah mempunyai target netral karbon pada tahun 2060. Untuk merealisasikannya, penghentian operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara akan dilakukan secara bertahap.
Untuk menggantikan PLTU, salah satu pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang akan masuk adalah pembangkir listrik tenaga nuklir (PLTN). Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengatakan, pembangunan PLTN perlu dipercepat demi mengejar netral karbon.
"[Untuk] mencapai zero carbon pada 2060, pembangunan PLTN harus dipercepat agar dapat menggantikan PLTU batu bara yang dipensiunkan," paparnya kepada Alinea.id, Rabu (23/2).
Fahmy menyebut, karakteristik PLTN berbeda dengan pembangkit EBT lain, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang sifatnya intermitten.
"PLTN satu-satunya pembangkit listrik EBT yang masif dan bukan intermittent, seperti tenaga surya dan matahari, sehingga lebih tepat menggantikan PLTU," jelasnya.