Industri perbankan nasional mencatat kinerja positif pada semester-I 2022 namun perlu kewaspadaan hadapi tahun kegelapan ekonomi global.
Industri perbankan menutup buku paruh pertama tahun ini dengan tinta biru tertera pada laporan keuangan banyak bank nasional. Sebut saja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang pada semester-I 2022 mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 93,38% secara tahunan (year on year/yoy), menjadi senilai Rp24,88 triliun dari yang sebelumnya sebesar Rp12,47 triliun.
Pertumbuhan net profit ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga yang tumbuh 10% yoy, dari Juni 2021 Rp69,95 triliun menjadi Rp76,86 triliun. Sebaliknya, beban bunga mengalami penurunan 18% yoy menjadi 12,24 triliun, dari Rp14,98 triliun. Dus, perusahaan yang berfokus pada penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ini mencatatkan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp64,61 triliun, naik 18% dari tahun sebelumnya.
Dari sisi pembiayaan, BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.04,79 triliun atau naik 8,75% yoy. Di mana pembiayaan terhadap UMKM mencapai Rp920 triliun hingga akhir kuartal-II 2022, atau 83,27% terhadap total penyaluran kredit. Sedangkan proporsi kredit korporasi BRI berada di kisaran 16%, porsi ini lebih rendah dari periode sama di tahun sebelumnya yang sebesar 17,53%.
“Main driver pertumbuhan kredit BRI masih pada segmen UMKM, utamanya pada segmen mikro. Tapi, kami akan tetap mendorong (kredit) segmen korporasi untuk tetap tumbuh,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, kepada Alinea.id, Senin (15/8).
Hal ini seiring dengan visi perseroan yang menargetkan penyaluran kredit korporasi sebesar 15% dan pembiayaan terhadap UMKM hingga 85% pada 2025 nanti. Kemampuan BRI dalam menyalurkan diimbangi pula oleh manajemen risiko yang baik.