Proporsi penduduk yang bekerja penuh waktu turun. PHK diprediksi masih akan berlanjut.
Pandemi Covid-19 mengubah hidup Agnes. Dia berhenti dari pekerjaannya di Group Danone Specialized Nutrition, tepatnya di PT Sarihusada Generasi Mahardika sebagai Production Supervisor dan mulai membangun bisnis sendiri.
Agnes memulai bisnis rintisan di bidang makanan dan minuman bernama Kitchensync melalui kolaborasi dengan tiga rekannya. Kitchensync didirikan untuk menyediakan solusi bagi para pelaku bisnis, terutama restoran kecil hingga menengah (UMKM), yang membutuhkan layanan dukungan operasional.
Kitchensync memiliki bisnis inti yaitu menyediakan bahan baku dan produk setengah jadi, serta layanan riset dan pengembangan produk. Perusahaan ini berafiliasi dengan beberapa merek seperti restoran bertema makanan jalanan Korea bernama Nolda; restoran bertema Melayu atau Nasi Kandar bernama Nasi Iskandar; dan restoran pempek dari Palembang bernama Oetak-oetak, yang total cabangnya kini berjumlah lebih dari 15 cabang, tersebar di Jawa, Bali, dan Sumatera.
“Selain itu kita juga memiliki merek restoran sendiri bernama Udon Mura yaitu restoran bertema Jepang yang berlokasi di Tangerang Selatan,” ujar Agnes yang menjadi Co-Founder dan COO Kitchensync, dikutip ugm.ac.id.
Anak muda lain yang juga sukses berbisnis adalah Intan Fazria Kusumah. Dia merintis label busana Mayoutfit sejak usia 19 tahun dan telah mengantongi omzet lebih dari Rp1 miliar.