Bank Indonesia menuding Amerika Serikat menjadi penyebab anjloknya nilai tukar rupiah hingga mendekati level Rp14.000 per dollar AS.
Bank Indonesia menuding Amerika Serikat menjadi penyebab anjloknya nilai tukar rupiah hingga mendekati level Rp14.000 per dollar AS.
BI menyebut fluktuasi nilai rupiah yang terjadi saat ini, merupakan hal yang tidak perlu dikahwatirkan. Bank sentral memandang fundamental ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi kuat.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menjelaskan, depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini dipandang lebih disebabkan oleh penguatan mata uang Amerika Serikat terhadap nyaris seluruh mata uang dunia (broad based).
"Selain itu, depresiasi rupiah juga terkait dengan faktor musiman permintaan valas yang meningkat pada triwulan II-2018, antara lain untuk keperluan pembayaran utang luar negeri, pembiayaan impor, dan dividen," jelas Agus Marto, Kamis (26/4).
Dia menambahkan, fundamental ekonomi Tanah Air saat ini dalam kondisi yang kuat. Inflasi masih sesuai dengan target pada kisaran 3,5% plus-minus 1%. Defisit transaksi berjalan lebih rendah dari batas aman 3% terhadap produk domestik bruto (PDB).